Tempat Ziarah

Tempat Ziarah Maria Guadalupe

Tanjung Balai Karimun


Di Paroki St Yosef Tanjung Balai Karimun ada tempat ziarah dengan nama Maria Guadalupe. Mungkin tempat ziarah ini satu-satunya di Indonesia. Kalau yang lain dalam bentuk gua, yang ini sama sekali tidak ada guanya. Lokasinya ada di Sei Bati, di sebelah Gereja stasi Hati Kudus Yesus. 


SEJARAH MARIA GUADALUPE
BATI – TANJUNG BALAI KARIMUN

Latar Belakang
                Maria Guadalupe adalah salah satu tempat ziarah kepada Bunda Maria yang ada di Guadalupe, Meksiko. Ia merupakan sebuah bukit, di mana Bunda Maria menampakkan dirinya kepada seorang petani sederhana bernama Juan Diego. Salah satu pesan Maria kepada Juan Diego adalah pendirian gereja.

            Terinspirasi dari kisah tersebut, Romo Marcel mulai menggagas pendirian lokasi ziarah. Akan tetapi, sebelum sampai pada inspirasi di atas, ada hal yang melatar-belakangi pendirian tempat ziarah itu. Faktor itu adalah dunia pelacuran di Tanjung Balai Karimun.

            Pada waktu itu, Tanjung Balai Karimun dan kawasan Kepulauan Riau lainnya (Batam dan Tanjung Batu dan Tanjung Pinang) termasuk wilayah “wisata seks”. Ada begitu banyak pelacur bergentayangan setiap harinya. Dan konsumennya kebanyakan datang dari negeri tetangga (Malaysia dan Singapura). Karena sudah identik dengan dunia para pelacur, maka setiap orang asing yang datang ke Tanjung Balai Karimun, pasti dikaitkan dengan pelacuran (mencari pelacur/hiburan seks).

            Pernah sekali peristiwa Romo Marcel membawa jalan-jalan orang Singapura keliling Tanjung Balai Karimun. Ada banyak mata menatap miris dan penuh curiga serta tanda tanya. Orang mengira orang Singapura lagi mencari pelacur dan Romo Marcellah yang berusaha membantunya. Ada yang bertanya (dalam hati) bagaimana mungkin seorang imam berperan juga sebagai germo atau mucikari? Akhirnya timbul semacam kecurigaan akan Gereja Katolik sebagai penyalur pelacur.

            Melihat hal ini Romo Marcel merasa perlu mengubah paradigma tersebut. Karena itu dipikirkanlah suatu tempat rohani untuk ziarah yang bukan saja akan dimanfaatkan oleh orang lokal, melainkan juga bisa mendatangkan orang luar. Dengan kata lain, harus ada lokasi wisata rohani sebagai “tandingan” atas wisata seks yang sudah melekat di Tanjung Balai Karimun ini. Tujuan utama yang mau dicapai adalah agar paradigma masyarakat selama ini bisa berubah. Untuk maksud itu pihak Gereja berkoordinasi dengan pihak pemerintah setempat.

Mengapa Maria Guadalupe?
                Gagasan Maria Guadalupe sebagai tempat ziarah memang berasal dari Romo Marcel. Ada beberapa alasannya. Pertama, tempat ziarah model Maria Lourdes dan Fatimah sudah lazim dan jamak ditemui, sementara Maria Guadalupe belum biasa. Malah sampai saat itu, lokasi ziarah Maria model Guadalupe belum ada di Indonesia.

            Kedua, adanya kemiripan antara orang-orang meksiko di Guadalupe dengan umat Katolik di Bati (Tanjung Balai Karimun) yang mayoritas pendatang dari Flores. Kemiripan itu bukan hanya pada soal mata pencaharian melainkan lebih pada devosi kepada Bunda Maria. Untuk melengkapi kemiripan inilah diputuskan lokasi ziarah ada di Sei Bati. Maria Guadalupe yang asli berada di bukit Tepeyac, dan posisi lokasi ziarah Maria Guadalupe di Bati juga berada di bukit.

        Pada saat muncul ide lokasi ziarah, umat Paroki St Yosep Tanjung Balai Karimun sedang merencanakan juga membangun Gereja Hati Kudus Yesus. Pihak keuskupan menghendaki agar pembangunan gereja mendahului pembangunan lokasi ziarah. Artinya, tempat ziarah Maria Guadalupe dibangun setelah pembangunan gereja selesai. Sekedar catatan saja, lokasi ziarah Maria Guadalupe yang akan dibangun berada dalam satu wilayah dengan gereja (waktu itu masih berstatus kapela) Hati Kudus Yesus.

Akan tetapi Romo Marcel, selaku pastor paroki, memiliki pemikiran lain. Didasari kisah Maria Guadalupe (berhubung juga sudah ditetapkan model tempat ziarah adalah Maria Guadalupe), di mana salah satu permintaan atau pesan Bunda Maria adalah mendirikan gereja, Romo Marcel lebih memilih mendirikan tempat ziarah dahulu. Dengan mendirikan tempat ziarah Maria Guadalupe lebih dahulu, pendirian gereja dilihat sebagai wujud permintaan Bunda Maria dari Guadalupe. Romo Marcel melihat jauh ke depan bahwa ketika orang (khususnya yang dari luar) datang berziarah, orang akan langsung merasa prihatin melihat kapela di samping lokasi ziarah. Dengan itu akan sangat mudah untuk mengarahkan acara penggalangan dana demi pembangunan gereja. Dan itulah yang terjadi.

Selain kisah Maria Guadalupe, Romo Marcel mendasari pendirian tempat ziarah lebih dahulu dari gereja dengan mengambil adagium Per Mariam ad Iesum, yang berarti melalui Maria orang dihantar kepada Yesus. Jadi, setelah ada tempat Maria, orang baru berencana akan tempat Yesus (baca: gereja). Bagi Romo Marcel tempat ziarah Bunda Maria Guadalupe menjadi jalan masuk kepada penggalian dana (melalui banyak Charity Dinners) untuk membangun Gereja.


ROUTE ZIARAH MARIA  GUADALUPE

Ziarah Rosario bersama Bunda dari Guadalupe ini merupakan bagian dari pengembangan hidup devosional Umat Katolik di Karimun dan sekitarnya! Master Plan untuk keseluruhan paket Ziarah ini meliputi hampir seluruh pulau Karimun. Route yang dipersiapkan dalam Master Plan ini adalah (1) mulai dari Gereja Santo Yosep di Tanjungbalai, terus (2) menuju ke Kelompok Umat di Kalibaru, dari sana (3) berangkat menuju ke Pangke, dan (4) dari Pangke menuju ke Bukit Tembak, dan akhirnya (5) dari Bukit Tembak menuju ke Sei Bati.

Para peziarah akan memulai perjalanan ziarah mereka dengan berkumpul di Gereja Santo Yosep, Tanjung Balai. Di sini bagian Pembukaan dibuka dengan mendengarkan perjalanan awal para awam-perintis, yang membawa dan menyemaikan benih iman Katolik di wilayah Moro, Kepulauan Riau. Mereka dijumpai oleh salah seorang pastor yang berkunjung ke wilayah ini pada tahun 1849. Ada dugaan kuat bahwa mereka mampu mempertahankan iman mereka dengan membangun hidup devosional: berdoa Rosario bersama Bunda Maria!

Setelah pembukaan resmi di Gereja yang merupakan pusat paroki ini, peziarah naik mobil menuju ke Kalibaru. Sepanjang perjalanan dengan mobil, lagu-lagu pujian kepada Bunda Maria dinyanyikan dan doa-doa pujian, ucapan syukur ataupun permohonan dapat disampaikan bersama kelompok peziarah seperjalanan!

Di Kalibaru, di tempat yang telah disediakan: di pelataran Gua Maria yang dibangun di sana, peziarah secara berjamaah berdoa dan merenungkan Rosario – peristiwa Gembira. Devosi kepada Bunda Maria lewat doa Rosario yang membuat para nelayan Katolik di Pulau Moro mampu mempertahankan imannya – tanpa bimbingan seorang gembala umat,- berpadu dengan umat Katolik asal Flores, yang memang sejak semula mempunyai tradisi devosi kepada Bunda Maria. Suatu tradisi yang diwarisi dari para misionaris Dominikan Portugis yang membawa iman Katolik ke pulau tersebut!

Sebagaimana perjumpaan antar manusia di dalam satu keluarga menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan, demikian perjumpaan sesama kaum beriman menghadirkan kegembiraan yang sama tetapi pada tingkat yang lebih mendalam: kegembiraan spiritual. Umat Katolik asal Flores dipertemukan dengan saudara-saudaranya dari warga keturunan Tionghoa dan suku-suku lain. Mereka berjumpa sebagai sesama kaum beriman dengan dasar hidup devosional yang sama: berdoa Rosario bersama Bunda Maria!

Kegembiraan karena perjumpaan dengan sesama manusia dan antara manusia dengan Tuhan inilah yang dikenangkan dalam doa bersama di pelataran Gua Maria di Kalibaru ini. Untaian Rosario Peristiwa Gembira didoakan di tempat ini!

Selesai mendoakan Peristiwa Gembira di Kalibaru, peziarah kembali ke mobil masing-masing untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Pangke. Seperti perjalanan awal dari Gereja Santo Yosep menuju ke Kalibaru, demikian perjalanan dari Kalibaru menuju ke Pangke ini pun diisi dengan doa-doa dan nyanyian pujian dan penghormatan kepada Bunda Maria.

Umat Katolik Kelompok Santa Ursula di Pangke baru dapat menikmai indahnya berdoa dan beribadah dalam satu ”kapel” yang diresmikan oleh Bp Uskup Pangkalpinang : Mgr Hilarius Moa Nurak SVD pada bulan Juli tahun 2000. Kapel itu dipersembahkan kepada Bunda Maria Pembantu Abadi. Pembangunan Kapel ini dilakukan dengan swadaya umat setempat serta donasi dari kelompok Ibu-ibu dari Gereja Blessed Sacrament, yang dikoordinir oleh Ibu Caecilia Shin dan Ibu Maria Shin serta kawan-kawan dari Singapore!

Untuk beberapa waktu lamanya, pelayanan pastoral kepada Umat Kelompok Santa Ursula harus melewati kompleks Paya Labuh. Kompleks ini merupakan suatu kompleks pelacuran yang besar di Pulau Karimun. Sepulang dari kunjungan pastoral kepada umat yang tinggal di belakang kompleks ini, rombongan ibu-ibu dari Tanjung Balai dan Singapore memberikan penegasan ini, ”Seorang pastor dari Singapore tidak akan pernah melewati tempat seperti ini!”

Merasa mendapatkan ”pintu masuk,” keinginan dan harapan umat Santa Ursula untuk mempunyai sebuah rumah ibadat di luar kompleks itu disampaikan Rm Marcel Gabriel kepada para ibu tersebut. Dan gayungpun bersambut! Inisiatif untuk mengumpulkan sumbangan guna mewujudkan harapan tersebut dimulai, dan berakhir dengan berdirinya Kapel Santa Maria Bunda Pembantu Abadi, Pangke, yang diresmikan pada tanggal 13 Juni tahun 2000.

Menarik untuk disharingkan, bahwa saat pembangunan kapel hampir selesai dan salib di bagian depan bubungan mau dipancangkan, ada protes dari beberapa orang yang tidak suka akan perkembangan itu! Seseorang datang dari pantai Pelawan menghadap penghulu setempat dan protes, ”Orang-orang bangun Gereja di depan mesjid, kog kamu diam saja?”

Dengan bijaksana, penghulu yang sudah menjadi sahabat para anggota jemaat Kelompok Umat Katolik Santa Ursula itu menjawab tukang protes itu, katanya, ”Orang membangun tempat ibadah kamu protes. Tetapi praktek pelacuran di Kompleks Paya Labuh yang sudah lama ada di sana, kamu tidak bersuara apapun?” Jawaban itu akhirnya meluluhkan hati si tukang protes itu. Pembangunan kapel diteruskan hingga saat pengresmiannya, di mana masyarakat setempat ikut-serta dalam perayaan pengukuhan kapel tersebut!

Untuk mengenangkan bahwa di sekitar kapel itu, martabat manusia dilecehkan dengan adanya praktek pelacuran dan traficikng,- maka di kapel Bunda Maria Pembantu Abadi ini, para peziarah diberi kesempatan untuk merenungkan dan mendoakan Rosario – Peristiwa Dukacita. Manusia diciptakan menurut citra Allah, dan karena itu pelecehan martabat manusia sesungguhnya adalah tindakan yang mendukakan hati Allah sendiri. Jerat dosa itu sedemikian kuat mencengkeram manusia hingga ia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Ia membutuhkan rahmat Tuhan, yang mengutus Putera-Nya untuk membantu manusia mengatasi dosa-dosanya!

Misi pembebasan yang telah dimulai oleh Tuhan Yesus Kristus, tidak boleh berhenti. Para murid yang mewarisi misi itu dipanggil dan ditugaskan untuk meneruskan misi pembebasan itu hingga semua orang boleh kembali kepada Allah dan kembali kepada citra diri dan martabatnya yang luhur itu! Bunda Maria ikut ambil-bagian dalam misi pembebasan ini dengan mengandung dan melahirkan Tuhan kita Yesus Kristus. Ibunda kita ikut berjalan beriringan dengan Putera-Nya yang menderita dan wafat untuk memulihkan martabat manusia yang tercemar oleh dosa-dosa itu! Oleh karenanya, sebagai seorang putera atau puteri Bunda Maria, setiap mereka yang mencintai Maria dan Rosarionya, haruslah merupakan orang yang ikut berjuang untuk memulihkan martabat manusia ini!

Seiring dengan Rosario Peristiwa Dukacita tersebut, dari tempat ini dianjurkan supaya para peziarah berdoa bagi pemulihan hidup manusia, yang menjadi misi atau perutusan Yesus Kristus itu! Mendoakan Rosario Peristiwa Dukacita di tempat ini, menjadi suatu undangan untuk bersama Bunda Maria ikut ambil-bagian dalam penderitaan dan wafat Kristus guna memulihkan manusia dari dosa dan kecemaran yang membelenggunya!

Dari Kapel Bunda Maria Pembantu Abadi, peziarah akan melanjutkan ziarahnya menuju ke Kelompok Santo Antonius di Bukit Tembak. Kapel yang dibangun untuk umat di kelompok ini dipersembahkan kepada perlindungan Santa Maria Ratu Rosario. Di tempat ini, peziarah akan bersama-sama Bunda Maria merenungkan dan mendoakan Rosario – Peristiwa Mulia. Partisipasi dalam penderitaan Yesus yang dijalani dengan penuh kesadaran dan penyerahan diri, diharapkan dapat menjadi pintu masuk kepada partisipasi dalam kemuliaan kebangkitan Yesus, di mana dosa dan maut dikalahkan!

Partisipasi dalam wafat Kristus untuk mati terhadap dosa, supaya dapat ambil-bagian juga dalam kemenangan Kristus atas maut, adalah sesuatu hal yang personal sekaligus komunal. Personal karena menghasilkan keselamatan untuk diri sendiri. Tetapi juga komunal, karena mereka yang sudah diselamatkan, adalah mereka yang dipilih dan diutus untuk menyebar-luaskan kabar keselamatan itu. Oleh karenanya, setelah mendoakan Rosario – Peristiwa mulia di tempat ini, peziarah akan kembali lagi ke mobil untuk menuju ke bagian terakhir dari ziarah ini : menuju ke Kompleks Bunda Maria Guadalupe di Sei Bati!

Di tempat ini Rosario – Peristiwa Cahaya didoakan, dengan sambil mengikuti Jalan Salib Tuhan dari Stasi I hingga Stasi ke XV. Setelah selesai dengan Peristiwa Cahaya ini, peziarah lalu menuju ke Pelataran Tempat Ziarah (Grotto) Bunda Maria dari Guadalupe untuk mengikuti Perayaan Ekaristi (Misa) yang merupakan puncak sekaligus penutup dari Ziarah Rosario Bersama Bunda Maria ini!



Maria Guadalupe dlm gambar
 Foto atas Guadalupe awal; dan yang bawah sekarang









Ada Jalan Salibnya juga loh.....


















Gereja menyatu dengan area peziarahan

Tanjung  balai  dlm  gambar

Bagaimana bisa mencapai lokasi ziarah? Pertama sekali Anda harus ke Tanjung Balai Karimun dulu, baru sesudah itu dengan menggunakan kendaraan umum atau carteran menuju ke Sei Bati. Untuk ke Tanjung Balai bisa ditempuh melalui pelabuhan Sekupang, Batam. Dari sana Anda dapat menggunakan kapal Dumai Express, Mikonata dan juga Batam Jet.

Kapal Batam - Tanjung Balai


Transportasi Unik Khas Balai

Hotel yang dekat Gereja dan Pelabuhan
Jika Anda mau menginap, ada banyak penginapan di Tanjung Balai Karimun. Hotel yang dekat pelabuhan dan Gereja Katolik St Yoseph adalah Hotel Holiday.

Obyek Wisata Tanjung Balai




Gereja Katolik Tanjung Balai






Tidak ada komentar:

Posting Komentar