TUGAS GEREJA YANG UTAMA
Tugas Mewartakan
Gereja pada dasarnya tidak lain dan tidak bukan adalah
jawaban atas panggilan Yesus Kristus sebagai sabda Allah. Dengan adanya Gereja, Yesus
Kristus bisa hadir di antara kita semua. Hal inilah yang menyebabkan Gereja
disebut sebagai Sabda. Dalam hal ini gereja dipandang sebagai pewarta dari arti
yang luas. Selain tugas sebagai pewarta di dunia, Gereja juga
memiliki bentuk-bentuk sabda. Ketiga bentuk sabda Allah dalam Gereja,
yaitu: (1) sabda para rasul sebagai daya yang membangun Gereja; (2)
sabda dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif; dan (3) sabda Allah dalam
pewartaan aktual Gereja
sepanjang zaman.
Gereja juga berkarya dalam hal magisterium atau wewenang dalam mengajar. Hal ini muncul dari
adanya konflik dari umat yang sering terjadi dengan para umat sendiri
dan/ataupun dengan para pemimpin Gereja, terutama dalam hal wewenang
dan pengajaran. Itulah yang menyebabkan munculnya tugas hierarki di mana
tugasnya adalah sebagai pemersatu. Wewenang mengajar dalam Gereja
Katolik tidak berarti bahwa hanya ada dalam lingkungan hierarki yang menjadi
aktif, tetapi juga diharapkan dari pihak yang berlawanan. Pengajaran dalam
agama tidaklah sembarangan.
Untuk mengajar atau mewarta harus memenuhi empat
syarat, yaitu:
- Ajaran itu harus
menyangkut iman dan kesusilaan,
- Harus bersifat
ajaran yang otentik,
- Dinyatakan
dengan tegas dan defenitif, dan
- Disepakati
bersama.
Adapun dalam Gereja Katolik yang disebut dengan
teologi, di mana tugas
teologi adalah mengadakan penelitian lebih mendalam sehingga tercapailah
pengertian yang makin mendalam tentang pewahyuan, jawaban atas persoalan atau
masalah yang timbul dari kemajuan ilmu pengetahuan, dll. Teologi ada untuk
menjelaskan sesuatu dalam agama sehingga suatu hal atau ajaran dapat diterima
secara rasional. Dapat dikatakan bahwa teologi berada di antara ilmu pengetahuan
dan agama.
Adapun hal lain yang perlu diketahui bahwa tugas
hierarki berbeda dengan tugas teologi. Hierarki mempunyai tugas struktural
dalam dalam Gereja demi
kesatuan Gereja,
sedangkan teologi bertugas merumuskan iman sesuai dengan situasi kehidupan
Gereja dan
tuntutan zaman. Oleh karena menjadi pewarta merupakan suatu panggilan maka kita
dituntut dengan adanya penyesuaian ekstensial antara pewarta dengan apa yang
diwartakan. Secara khusus tugas pewarta ini merujuk kepada golongan imam dan
biarawan-biarawati yang dengan status hidup mau memberikan kesaksian tentang
kebenaran injil.
Tugas Menguduskan
Tugas Gereja yang kedua ini lebih khusus mengarah kepada
kegiatan-kegiatan dalam Gereja,
seperti: doa-doa, sakramen-sakramen dan ibadat-ibadat. Dalam tugasnya, Gereja selalu
dibimbing oleh Roh Kudus, “Roh Kuduslah yang menciptakan persekutuan umat
beriman dengan menghimpun mereka dalam Kristus, sebagai prinsip kesatuan Gereja”(UR
2). Kesatuan Gereja bukan
hanya karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antar manusia,
terutama komunikasi iman. Sarana komunikasi iman dalam Gereja adalah
pengungkapan iman. Yang termasuk dalam pengungkapan iman adalah perayaan
liturgi, perumusan iman dan perayaan iman.
- Doa-doa
dalam Gereja Katolik
Dalam Gereja Katolik dibedakan antara doa pribadi dan doa
bersama. Doa pribadi disebut juga sebagai “doa di dalam Gereja”,
sedangkan doa bersama biasa juga disebut “doa Gereja”. Doa sendiri berarti bahwa
mengarahkan hati kepada Tuhan. Dalam berdoa tidak membutuhkan banyak kata,
tidak perlu sikap badan yang bagus dan baik, serta gerakan-gerakan yang khusus.
Hal ini demikian karena yang berdoa adalah hati kita, bukan badan.
Salah satu bentuk doa Gereja adalah liturgi. Liturgi tidak
hanya merupakan kegiatan yang istimewa, tetapi juga wahana utama untuk mengatur
umat Kristen ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus.
Inti pokok dari doa adalah kesatuan pribadi dengan
Putra dan dalam penyerahan-Nya kepada Bapa. Maka dari itu, dalam Gereja
Katolik kita selalu berdoa, “Dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus”.
Selain itu, liturgi juga bukan hanya pujian kepada Tuhan, tapi karena kemuliaan
Allah tidak pernah lepas dari segi lain dari iman. Liturgi selalu mempunyai dua
segi, yaitu: segi kemuliaan Allah dan segi manusia.
Jadi liturgi bukanlah tontonan bagi kita, tapi liturgi
merupakan perayaan dalam hidup rohani kita. Melalui perayaan yang kita
laksanakan kita manusia pun turut ambil bagian dalam misteri yang dirayakan.
Seperti tertulis: “Di mana ada dua atau tiga orang yang berkumpul dalam nama-Ku, di situ
Aku ada di tengah-tengah
mereka”.
- Sakramen
Sakramen menjadi bagian dalam tugas Gereja karena
sakramen itu sendiri merupakan rahmat yang tidak kelihatan dalam bentuk yang
kelihatan dan ditawarkan kepada kita. Gereja Katolik menetapkan ada tujuh
sakramen dalam gereja, yaitu: baptis, tobat, ekaristi, krisma,
imamat, perkawinan, dan minyak suci. Sakramen sendiri berawal dari praktik dan
ritus-ritus dalam Gereja
perdana pada awalnya, namun belum ada penetapan pada saat itu bahwa itulah yang
ketujuh sakramen tersebut.
Dalam sakramen, cinta kasih Allah disampaikan secara
konkret melalui tanda-tanda badaniah kepada kita. Hal nyata yang dapat kita
lihat adalah pada saat pembaptisan. Seorang imam akan menuangkan air kepada si
penerima sebagai tanda sambil berkata, “Aku membabtis engkau dalam nama Bapa,
Putra dan Roh Kudus”. Perbuatan itu melambangkan peristiwa penyelamatan
yang dilaksanakan oleh Allah Tritunggal melalui imam menjadi nyata. Hal
ini juga berlaku pada keenam sakramen lainnya sebagai sarana bagi kita.
- Sakramentali
Sakramentali adalah tanda-tanda suci yang memiliki
kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali juga menandakan karunia-karunia
khususnya yang bersifat rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja (SC
60). Sakramen dan sakramentali tidaklah sama. Sakramen merupakan pelaksanaan
diri Gereja dalam
bidang perayaan dan semuanya menyangkut Gereja, sedangkan sakramentali lebih
bersifat khusus yang artinya bahwa ia perwujudan dari doa Gereja bagi
orang tertentu. Namun perlu diketahui bahwa sakramentali bukanlah perwujudan
kehadiran
Kristus dalam Gereja
melainkan dalam bentuk permohonan Gereja yang konkret.
Tugas Melayani
Gereja selain memiliki tugas sebagai pewarta dan
pengudusan, juga memiliki tugas dalam hal melayani. Tugas inilah yang paling
mendasari semuanya. Seperti Yesus yang melayani pada waktu perjamuan malam
terakhir, maka Gereja pun
ingin mengikuti tradisi tersebut sebagai pelayan di zaman sekarang ini. Tugas
melayani ini banyak kita jumpai dalam kehidupan kita sekarang. Entah itu sebagai
pelayan dalam ibadat rukun maupun pelayan dalam ekaristi.
Contoh konkret yang dapat kita bilaan adalah pada
imam yang adalah pelayan Gereja.
Seorang imam harus ikhlas dalam melayani setiap umat yang datang. Bukan saja
imam tapi kita pun dituntut untuk berlaku demikian. Dalam usaha pelayanan
janganlah yang lain menjadi objek belas kasihan. Pelayanan berarti kerjasama,
di mana di
dalamnya semua orang merupakan subjek yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok
adalah harakat, martabat, harga diri, bukan kemajuan dan bantuan
sosial-ekonomis yang hanyalah sarana.
Dalam melayani, Gereja Katolik memiliki beberapa ciri
antara lain: Pertama, sikap iman yang
radikal harus dinyatakan dalam pelayanan terhadap sesama, seperti yang ada dalam
hukum kasih bahwa kita mesti
mencintai sesama kita. Kedua,
kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan guru. Dan ketiga ialah mengambil bagian dalam sengasara dan penderitaan
Kristus yang telah senasib dengan semua yang menderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar