PASTOR KEPALA PAROKI
1. Vincensius Pioneer, Pr ( 1994 - 1997 )
Romo yang satu ini berasal dari Ende (Flores). Dia adalah imam pertama
untuk paroki St Yosep, Tanjung Balai Karimun, ketika resmi menjadi
paroki tahun 1994. Sebelum menjadi imam, ia menghabiskan masa
diakonatnya di Tanjung Balai Karimun. Kehadirannya di sini memang untuk
mempersiapkan wilayah ini menjadi sebuah paroki, terpisah dari Tanjung
Pinang.
2. Marcel Gabriel, Pr ( 1997 - 2004 )
Romo yang suka memelihara jambang dan brewok ini berasal dari Maumere
(Flores). Dia masuk ke Tanjung Balai menggantikan Rm Vincen sebagai
pastor paroki. Sebelumnya ia bertugas di paroki Katedral. Romo satu ini
memiliki banyak visi untuk paroki St Yosep ini. Pada masanyalah dibangun
tempat ziarah Maria Guadalupe. Dia juga yang mencanangkan lokasi
rosario dengan 4 peristiwa. Peristiwa gembira diadakan di Gua Maria
Rumah kencana, peristiwa sedih diadakan di Kapel Pangka, peristiwa mulia
diadakan di Kapel Bukit Tembak dan peristiwa mulia dilaksanakan di
Guadalupe, Sei Bati.
3. Emmanuel Vengi Nivak, Pr ( 2004 - sekarang )
Romo yang murah senyum ini (liat aj tuch fotonya) berasal dari daerah
penangkap ikan paus, Lamalera (Lembata). Ditahbiskan Mei 2004 dan
langsung menjabat pastor paroki St Yosep Tanjung Balai Karimun. Sebelum
menjabat sebagai pastor paroki, dia bertugas sebagai diakon di Tanjung
Balai Karimun. Pada masanya kapela Hati Kudus Yesus, Sei Bati, "disulap"
menjadi gereja yang megah.
PASTOR PEMBANTU
1. Frans Adbaw Odjan, Pr (1998 - 2000)
Romo yang dikenal sebagai penyanyi ini adalah putra keuskupan. Artinya,
dia lahir dan besar di wilayah keuskupan Pangkalpinang, persisnya paroki
Tanjung Pinang. Dia masuk ke Tanjung Balai sebagai pastor pembantu,
sebagai rekan kerja Romo Marcel. Tahun 2000 ia mengalami penyakit yang
cukup parah yang nyaris merengut nyawanya. Penyakitnya ini juga yang
membawanya pindah dari Tanjung Balai dan masuk ke paroki Katedral. Kini romo yang biasa disapa 'abang' menetap di "Mabes" Keuskupan Pangkalpinang.
2. Titus Budianto, Pr
Pada masa pendidikan sebagai frater, romo satu ini dikenal sebagai pujangga. Ia sering
membawakan puisi-puisinya dalam beberapa kesempatan acara. Romo ini
berasal dari Yogyakarta (Jawa). Di Tanjung Balai Karimun ia bertindak
sebagai rekan kerja Rm. Marcel.
3. Marcel Gabriel, Pr (2004)
Setelah turun dari jabatannya sebagai pastor kepala paroki, Rm. Marcel sempat
membantu Rm Eman. Hanya beberapa bulan saja ia sebagai pastor pembantu,
sampai akhirnya datang Rm. Nong Yodi.
4. Wilfridus Nong Yodi, Pr (2005 - 2008)
Di Tanjung Balai Karimun, romo yang takut akan gelombang laut ini,
mengawalinya sebagai diakon. Ia ditahbiskan di Maumere tahun 2005. Dan
setelah tahbisan, ia kembali ke Tanjung Balai sebagai pastor pembantu.
Tahun
2008, romo yang sangat dicintai umatnya ini, menjadi misionaris di
pulau seberang. Ia bertugas di paroki Duri, keuskupan Padang, sebagai
pastor pembantu. Setelah 3 tahun di tanah orang, romo ini dikirim ke
Roma untuk studi.
5. Yosep Setiawan, Pr (2007-2010)
Romo satu
ini awalnya adalah calon imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta.
Tertarik dengan keuskupan Pangkalpinang membuat ia hijrah ke keuskupan
Pangkalpinang. Maka, setelah menyelesaikan studinya dan telah menerima
tahbisan diakon, romo yang murah senyum ini, bergabung dengan keuskupan
Pangkalpinang. Ia menyelesaikan masa diakonat sekaligus berkenalan
dengan umat keuskupan di Paroki St Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda,
Belinyu.
Ditahbiskan
tahun 2007 bersama putra paroki Tanjung Pinang, Rm. Poldo Situmorang.
Setelah ditahbiskan dia mendapat tugas sebagai pastor pembantu di
Tanjung Balai Karimun. Tiga tahun bertugas sebagai pastor pembantu, akhirnya pada tahun 2010 lalu ia kembali ke tempat
di mana dia pernah menghabiskan masa diakonatnya.
6. Antonius Mite, Pr (2008-2011)
Romo
pembalap ini asli orang Bajawa. Masuk ke Balai tahun 2009. Sebelumnya
romo yang jago main musik ini bertugas sebagai misionaris di Nias,
Keuskupan Sibolga. Romo Anton memiliki kharisma mengusir roh jahat.
Karena
masa jabatan sebagai pembantu pastor paroki berakhir dan hidup rohani
serta hidup doanya sangat bagus, keuskupan akhirnya
mempercayakan kepada beliau jabatan direkur spiritualitas di seminaris
menengah Mario Jon Boen.
7. Adrian, Pr (2010- 2013)
Romo
satu ini berasal dari Maumere. Ia satu angkatan imamat dengan romo
Eman, yang adalah pastor kepala paroki Tanjung Balai. Sebelum datang ke
Balai, romo yang hobi main basket ini bertugas di seminari menengah St
Fransiskus Asisi, keuskupan Jayapura. Setelah berakhir masa jabatan
sebagai pembantu pastor paroki St Yosep, Rm Adrian masuk ke Mabes
Keuskupan untuk menangani IT.
8. Vincentius Rato, Pr
Romo, yang menggantikan Romo Anton Mite,asli orang Bejawa (sama seperti
Rm. Anton). Beliau sebenarnya bukan "produk asli" keuskupan
Pangkalpinang, melainkan pindahan dari keuskupan Sintang. Masuk ke
keuskupan Pangkalpinang sekitar tahun 2010, diawali dengan bertugas di
Rumah Retret Puri Sadhana, Kebun Sahang, Pangkalpinang. Masuk resmi di
Paroki St Yosep Tanjung Balai Karimun ini terhitung mulai dari tanggal
12-12-12 (12 Desember 2012).
YANG PERNAH BERKARYA
1. Yanmar Parera (1994)
Yanmar, saat itu sebagai frater yang sedang menjalani BSS (Berhenti
studi sementara), bertugas di paroki ini pada masa Rm Vincen menjabat
pastor paroki. Romo Vincen juga yang bertanggung jawab atas pendampingan
sdr Yanmar. Sekarang Yanmar Parera sudah berkeluarga dan tinggal di
Medan.
2. Sinyo L Kwen (1995)
Seorang calon imam diosesan berasal dari Larantuka (Flores Timur). Di
Balai dalam rangka persiapan diakon. Sdr Sinyo menarik diri dan keluar
menjadi awam biasa.
3. Philipus Seran Pega (TOP-er 1994/1995)
Datang ke Tanjung Balai sebagai frater TOP (Tahun Orientasi Pastoral).
Masa orientasinya dijalani dengan mulus dan kembali ke Siantar untuk
melanjutkan pendidikan. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bertugas
sebagai Pastor Paroki Tanjung Pinang. Setelah itu menempuh pendidikan
liturgi di Perancis, sebagai persiapan mengisi komisi liturgi keuskupan.
4. Hieronimus Betu (TOP-er 1996/1997)
Datang ke Tanjung Balai sebagai frater TOP (Tahun Orientasi Pastoral).
Masa orientasinya dijalani dengan mulus, namun ia tidak melanjutkan
pendidikan imamatnya. Ia keluar dan menempuh jalan hidup awam. Sekarang
ia sudah berkeluarga dan mengabdikan dirinya di Tanjung Pinang.
5. Benny Balun, Pr (Masa Diakonat 1998)
Datang ke Tanjung Balai sebagai seorang diakon. Masa diakonatnya
dijalani dengan mulus di bawah bimbingan Rm Marcel, sebagai pastor
paroki. Setelah ditahbiskan menjadi imam, sempat bertugas di (waktu itu)
quasi paroki Ujung Beting, beliau diutus ke Roma untuk belajar hukum
gereja. Pulang dari Roma beliau mengurus dewan tribunal keuskupan.
6. Ferdinand Meo Mbupu, Pr (Masa Diakonat 1999)
Keberhasilan tangan dingin Romo Marcel dalam membimbing, membuat
keuskupan kembali mengutus Meo Mbupu datang ke Tanjung Balai. Beliau
juga seorang diakon. Setelah ditahbiskan menjadi imam, beliau bertugas di Paroki Tanjung Pandan (Belitung) sebagai pastor pembantu. Karena minatnya pada Kitab Suci yang cukup tinggi, ia dikirim
studi ke Roma untuk mengambil kuliah Kitab Suci. Sekembalinya beliau dari Roma, keuskupan mempercayakan kepadanya membidangi Komisi Kitab Suci.
7. Johan Rita Wongso, SSCC (Masa Diakonat 2000)
Keberhasilan tangan dingin Romo Marcel dalam membimbing sampai juga ke
dalam biara SSCC. Karena itu mereka meminta romo Marcel untuk
mendampingi saudara mereka ini dalam persiapan imamat.
8. Stanislaus Bani, Pr (TOP-er 2000/2001)
Stanislaus datang ke Tanjung Balai sebagai seorang frater TOP (Tahun
Orientasi Pastoral), di bawah bimbingan Romo Marcel. Meski masa
orientasinya dijalani dengan sedikit masalah, namun ia dapat
menyelesaikannya sesuai target atau tuntutan dan kembali ke Siantar
untuk melanjutkan pendidikan. Setelah tahbis menjadi imam, ia bertugas
di Paroki Tembesi sebagai pastor pembantu. Berkat sentuhan tangan dingin Pastor Kepala Paroki Bunda Pembantu Abadi, Rm. Poya, romo yang semasa fraternya disapa "Thierry Henry" (karena kemiripan wajah) dipercaya menangani paroki Koba sebagai Pastor Kepala Paroki.
9. Frans Indra Jati, Pr (Masa Diakonat, 2005)
Romo ini asli orang Jawa, namun besar di Sumatera. Karena itu dia
masuk kelompok Pujakesuma. Dia masuk ke Balai sebagai diakon dan
menghabiskan masa diakonatnya di Tanjung Balai.
10. Paulus Kara, Pr (TOP-er 2005/2006)
Romo ini biasa dipanggil Polce. Datang berkarya di paroki ini sebagai TOP-er, dengan pembimbingnya Rm. Eman Nivak. Beliau inilah TOP-er pertama yang dibimbing Rm Eman. Dan berkat tangan dingin sang pembimbing, romo yang suka ketawa, ini berhasil menyelesaikan perjalanan imamatnya sampai pada jenjang tahbisan.
Setelah
ditahbiskan, Romo Polce bertugas sebagai pastor pembantu di Paroki
Tanjung Pinang. Dari Tanjung Pinang beliau diangkat sebagai ekonom
seminari menengah Mario John Boen.
11. Poldo Situmorang, Pr (Masa Diakonat, 2006)
Romo Polda adalah asli anak paroki Tanjung Pinang. Romo yang ahli dunia teknologi komputer ini masuk ke Balai untuk menyelesaikan masa diakonatnya. Setelah selesai sama diakonatnya, romo yang biasa dipanggil "si item" ini ditahbiskan menjadi imam. Upacara pentahbisannya berlangsung di Uban, paroki Tanjung Pinang bersama romo Yosep. Setelah tahbisan ia mendapat tugas di "tanah kelahirannya". Karena kepiawaiannya dalam dunia komputer dan IT, keuskupan mengirimnya kuliah IT di Kota Gudeg.
12. Damianus Toni (TOP-er 2007/2008)
11. Poldo Situmorang, Pr (Masa Diakonat, 2006)
Romo Polda adalah asli anak paroki Tanjung Pinang. Romo yang ahli dunia teknologi komputer ini masuk ke Balai untuk menyelesaikan masa diakonatnya. Setelah selesai sama diakonatnya, romo yang biasa dipanggil "si item" ini ditahbiskan menjadi imam. Upacara pentahbisannya berlangsung di Uban, paroki Tanjung Pinang bersama romo Yosep. Setelah tahbisan ia mendapat tugas di "tanah kelahirannya". Karena kepiawaiannya dalam dunia komputer dan IT, keuskupan mengirimnya kuliah IT di Kota Gudeg.
12. Damianus Toni (TOP-er 2007/2008)
Damianus datang ke Tanjung Balai
sebagai seorang frater TOP (Tahun
Orientasi Pastoral), di bawah bimbingan Romo Eman. Masa orientasinya
dijalani di stasi Moro. Di sana dia benar-benar membawa kegembiraan bagi
umat. Meski masa
orientasinya berjalan mulus, namun ia tidak kembali ke Siantar
untuk melanjutkan pendidikan imamatnya. Ia memilih jalan hidup sebagai awam.
13. Arkadius Muda (persiapan diakon)
Yang satu ini asli Ende (Flores). Ahli dalam komputer dan juga pelistrikan, sekalipun STM-nya dulu adalah jurusan bangunan. Setelah menyelesaikan studinya, ia ditugaskan ke Balai untuk membantu pelayanan pastoral. Saat itu ia sedang mempersiapkan dirinya untuk menerima tahbisan diakon.
13. Arkadius Muda (persiapan diakon)
Yang satu ini asli Ende (Flores). Ahli dalam komputer dan juga pelistrikan, sekalipun STM-nya dulu adalah jurusan bangunan. Setelah menyelesaikan studinya, ia ditugaskan ke Balai untuk membantu pelayanan pastoral. Saat itu ia sedang mempersiapkan dirinya untuk menerima tahbisan diakon.
Berhubung
saat itu belum juga tiba-tiba juga, maka akhirnya dia memutuskan untuk
mengundurkan diri dari jalan panggilan imamat. Sempat bekerja di
keuskupan untuk menangani IT sampai akhirnya mundur setelah keuskupan
punya tenaga baru. Sekarang ia sudah menikah dan tinggal di Jakarta.
14. Wenseslaus Pantheleon, Pr (persiapan diakon, 2010)
Setelah menyelesaikan studinya di Pematangsiantar, sdr. Wens datang ke Tanjung Balai untuk persiapan penerimaan tahbisan diakon, di bawah bimbingan Romo Eman. Tiba di Tanjung Balai sekitar akhir bulan Juli. Baru beberapa bulan tinggal di pastoran, beliau sering sakit-sakit. Akhirnya, pada Januari 2011, beliau melanjutkan persiapan penerimaan tahbisan diakonnya di Katedral Pangkalpinang. Di sana juga ia mengisi masa diakonatnya sampai ditahbiskan menjadi imam dan menjadi pastor pembantu Katedral.
15. Bertholomeus Nur Arifin Putra Ngita (TOP-er 2011/2012)
Setelah menyelesaikan studi program S-1 di Pematangsiantar, sdr. Berto datang ke Tanjung Balai untuk menjalani masa orientasi pastoral di bawah bimbingan Romo Eman. Berhubung umat Moro benar-benar membutuhkan tenaga pastoral, apalagi mereka sangat mendambakan sosok Damianus Toni, maka diputuskan sdr Berto menjalani masa orientasinya di stasi Moro.
14. Wenseslaus Pantheleon, Pr (persiapan diakon, 2010)
Setelah menyelesaikan studinya di Pematangsiantar, sdr. Wens datang ke Tanjung Balai untuk persiapan penerimaan tahbisan diakon, di bawah bimbingan Romo Eman. Tiba di Tanjung Balai sekitar akhir bulan Juli. Baru beberapa bulan tinggal di pastoran, beliau sering sakit-sakit. Akhirnya, pada Januari 2011, beliau melanjutkan persiapan penerimaan tahbisan diakonnya di Katedral Pangkalpinang. Di sana juga ia mengisi masa diakonatnya sampai ditahbiskan menjadi imam dan menjadi pastor pembantu Katedral.
15. Bertholomeus Nur Arifin Putra Ngita (TOP-er 2011/2012)
Setelah menyelesaikan studi program S-1 di Pematangsiantar, sdr. Berto datang ke Tanjung Balai untuk menjalani masa orientasi pastoral di bawah bimbingan Romo Eman. Berhubung umat Moro benar-benar membutuhkan tenaga pastoral, apalagi mereka sangat mendambakan sosok Damianus Toni, maka diputuskan sdr Berto menjalani masa orientasinya di stasi Moro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar