Kamis, 08 Agustus 2013

Visi Keuskupan Sinode II

 MEWUJUDKAN GEREJA PARTISIPATIF

Setiap kali masuk ke dalam gereja St. Yosep, kita langsung dihadapkan pada tulisan spanduk di atas altar “Visi Keuskupan Pangkalpinang: UMAT ALLAH KEUSKUPAN PANGKALPINANG, DIJIWAI OLEH ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS, BERTEKAD MENJADI GEREJA PARTISIPATIF”.

Pemampangan tulisan di atas altar bukanlah tanpa maksud atau bertujuan gaya saja, melainkan agar setiap kali datang ke gereja, umat membacanya, meresapinya dan menghayatinya, sehingga terwujud visi tersebut. Kalimat panjang visi itu sebenarnya bisa disederhanakan menjadi “Menjadi GEREJA PARTISIPATIF.”

Bagaimana kita dapat mewujudkan Gereja Partisipatif? Pertama-tama kita harus paham dulu dua kata tersebut.

Gereja Partisipatif
Gereja adalah umat Allah. Gereja adalah anggota Tubuh Mistik Kristus. Anggota itu disatukan melalui sakramen-sakramen (LG No 7). Sebagaimana tubuh memiliki banyak anggota, namun tetap satu tubuh, demikian juga dengan Gereja (bdk. 1Kor 12: 1 – 12). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Gereja itu adalah saya, Anda dan sekaligus juga kita. Jadi, Gereja memiliki dimensi personal (saya, Anda) dan sekaligus juga kolektif (kita).

Kata “partisipatif” mengacu pada makna berperan serta dalam suatu kegiatan. Kata ini dapat disamakan dengan kata “aktif”. Karena ini, pada kata “partisipatif” tidak ada istilah diam atau pasif. Apapun yang dilekatkan dengan kata “partisipatif” berarti harus bergerak aktif dalam aksi.

Karena itu, Gereja Partisipatif bisa dipahami, secara personal, saya dan/atau Anda berperan serta dan aktif, bukan diam menunggu apalagi pasif. Gereja Partisipatif bisa dipahami, secara kolektif, kita berperan serta dan aktif, bukan diam menunggu apalagi pasif. Berperan serta dalam hal apa? Kita dapat berperan serta atau ambil bagian dalam duka dan kecemasan, derita dan kegembiraan anggota Gereja serta membangun suatu dunia yang dilandasi cinta, damai dan keadilan. (bdk. MGP, no. 159).  Dengan kata lain, kita diminta untuk mau tertawa dengan sesama yang bergembira, dan menangis dengan sesama yang berduka.

Tiga Bintang
Apa kriteria Gereja Partisipatif? Saya bisa dikatakan Gereja Partisipatif atau Anda bisa dikatakan Gereja Partisipatif atau kita bisa dikatakan Gereja Partisipatif jika terdapat tiga bintang sebagai satu kesatuan. Tiga bintang itu adalah:
1.      Berpusat pada Kristus
2.      Berkomunio
3.      Bermisi

Jadi, jika dalam hidup saya sudah berpusat pada Kristus, saya terlibat dalam komunitas dan saya juga terlibat dalam misi, maka saya adalah Gereja Partisipatif. Jika dalam hidup Anda sudah berpusat pada Kristus, Anda terlibat dalam komunitas dan Anda juga terlibat dalam misi, maka Anda adalah Gereja Partisipatif. Dan jika dalam hidup kita sudah berpusat pada Kristus, kita terlibat dalam komunitas dan kita juga terlibat dalam misi, maka kita adalah Gereja Partisipatif.

Bintang 1: Berpusat pada Kristus
Berpusat pada Kristus berarti menjadikan Kristus sebagai sumber kehidupan Gereja (saya, Anda, dan sekaligus juga kita), pusat pelayanan dan tujuan hidup Gereja. (lih. MGP, no. 161).

Menjadikan Kristus sebagai sumber berarti saya, Anda, dan sekaligus juga kita selalu mengawali setiap aktivitas kehidupan dalam Kristus. Saya, Anda dan sekaligus juga kita, selalu menimba kekuatan dari Kristus dalam setiap awal kegiatan. Kristus itu bisa dijumpai dalam Kitab Suci, Ekaristi dan doa devosi. Jadi, jika sebelum beraktivitas saya, Anda dan sekaligus juga kita, membaca Kitab Suci (karena Kitab Suci paling mudah dan dekat) untuk mencari tahu apa kata Yesus hari ini untuk saya, Anda dan sekaligus juga kita, maka kita sudah menjadikan Kristus sebagai sumber. Bisa juga dengan berdoa kepada Kristus, mohon berkat dan perlindungan.

Menjadikan Kristus sebagai pusat pelayanan atau kegiatan artinya ajaran, semangat dan hidup Kristus mewarnai setiap karya saya, Anda dan sekaligus juga kita. Jadi, jika misalnya hari ini kita membaca Kitab Suci dan menemukan apa kata Tuhan, maka perkataan Tuhan itu hendaknya mewarnai kehidupan kita hari ini.

Menjadikan Kristus sebagai tujuan berarti apapun yang saya, Anda dan sekaligus juga kita kerjakan demi kemuliaan Tuhan. Atau juga seperti yang dikatakan Yesus, “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25: 40).

Bintang 2: Berkomunio
Berkomunio berarti berkomunitas. Keuskupan kita sedang menggalakkan Komunitas Basis Gerejawi (KBG) sebagai bentuk cara menggereja yang baru. Jadi berkomunio berarti terlibat dalam kegiatan KBG.

Karena itu, saya baru dapat dikatakan Gereja Partisipatif jika saya terlibat aktif dalam kegiatan KBG. Anda baru dapat dikatakan Gereja Partisipatif jika Anda terlibat aktif dalam kegiatan KBG.

Dalam berkomunio pertama-tama ada saling kenal, bukan sekedar identitas saja melainkan juga kehidupan dan kebutuhan. Dalam berkomunio itu ada juga komunikasi yang dialogal, bukan monologal. Komunikasi dialogal berarti komunikasi dua arah: saling berbicara dan saling mendengarkan.

Harus disadari bahwa satu komunitas itu beragam, baik suku, status sosial, pekerjaan, umur, dll. Keragaman ini harus menjadi kekayaan, bukan bahan perpecahan. Agar dalam keragaman ini, komunio bisa berjalan, maka dibutuhkan sikap rendah hati, lemah lembut, sabar, saling mengasihi, saling membantu, saling menghormati, tidak membalas dendam, solider, dan sikap kemuridan. (lih. MGP, no. 173).

Bila dalam KBG saya, Anda dan sekaligus juga kita dapat mewujudkan komunio, maka KBG kita menjadi “Gereja Domestik” yang adalah sakramen keselamatan. (bdk. MGP, no. 179).

Bintang 3: Bermisi
Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus, dan kita adalah anggotanya. Saya dan Anda sudah disatukan dengan Kristus melalui sakramen. Penyatuan itu membuat saya dan Anda ambil bagian dalam tugas perutusan Kristus.

Karena itu, saya dapat dikatakan Gereja Partisipatif jika saya bergiat dalam karya pastoral, baik di lingkungan Gereja maupun di luar. Anda dapat dikatakan Gereja Partisipatif jika Anda bergiat dalam karya pastoral, baik di lingkungan Gereja maupun di luar. Dan kita, sebagai anggota KBG, dapat dikatakan Gereja Partisipatif jika kita bergiat dalam karya pastoral, baik di lingkungan Gereja maupun di luar. Karya pastoral ini misalnya seperti bakti sosial, kunjungan orang sakit, membantu sesama, dll.

Saya dan juga Anda dapat bermisi secara personal dan juga secara kolektif dalam KBG. Sekalipun personal, kita tak bisa dipisahkan dari Kristus. Karya misi yang dilakukan harus bersumber, berpusat dan bertujuan demi kemuliaan Kristus.

Bermisi ini bisa saja lewat kata-kata, misalnya menasehati rekan yang malas, menegur teman yang menyontek, menghibur orang sakit, dll. Bermisi juga bisa lewat perbuatan, misalnya membantu dengan dana orang yang berkekurangan, bakti sosial, donor darah, dll. Bermisi bisa pula lewat sikap hidup, misalnya sikap rendah hati, pemaaf, lemah lembut, tidak egois, sikap mau berbagi, dll.

Gereja Partisipatif Dinamis
Gereja Partisipatif yang mau diwujudkan bukanlah bersifat statis, dalam arti sekali aksi selesai. Bukan berarti bahwa dengan menampilkan 3 bintang dalam satu kegiatan sehingga kita menjadi Gereja Partisipatif maka selesai. Gereja Partisipatif itu haruslah dinamis, tidak hanya sekali aksi saja, melainkan berlangsung seterusnya.

Tiga bintang sebagai kriteria Gereja Partisipatif haruslah merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Ketiga bintang itu harus dijalankan, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Dan ketiga bintang itu harus tetap menjadi pedoman setiap langkah hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar